Skip to content

Menjadi Licensed Trainer Covert Selling (LTCS)

trainer covert selling

 

“Licensed Trainer Covert Selling besok ikut ya?” begitu kata bang Jendral Nasution, sembari memasukan mie aceh ke mulutnya.

Malam itu sebelum mengantar beliau pulang ke rumahnya, saya ajak beliau makan mie aceh paling enak di seputaran Medan Barat. Dengan bumbu kari aceh yang menusuk hidung, rata membalur mie kuning besar yang ikonik dan dinikmati panas-panas bersama acar bawang.

“Kapan?” tanya saya, sambil menghentikan sejenak kegiatan mengunyah mie aceh yang selain pedas manja, tapi juga kenyal menggoda.

“27-28 Oktober besok.”

“Waduh, tinggal beberapa hari lagi dong.”

Memang 3 bulan yang lalu beliau sudah wanti wanti untuk sediakan waktu khusus ikut LTCS. Saya memang agak terlambat ikut Bootcamp Licensed Trainer Covert Selling ini, dikarenakan kesibukan di refillmadu.com. Dan kesibukan (sok sibuk sebenarnya) di kegiatan sosial lainnya.

Saya tersentak. Seperti target saya, bahwa saya harus memperluas zona nyaman, maka saya niatkan betul untuk pergi bootcamp. Malam itu saya langsung cerita ke istri, mau ke bandung 4 hari.

Apa itu Licensed Trainer Covert Selling?

Mungkin kawan-kawan bertanya, apa itu LTCS? LTCS adalah mereka yang diberikan wewenang oleh ki jendral nasution (penulis buku mantra covert selling) untuk  membawakan kelas Covert Selling Basic secara online dan Kelas Covert Selling Basic + Advance secara offline.

Sejauh ini sudah 4 angkatan yang ikut dalam program bootcamp LTCS. Bersama saya dalam bootcamp kemarin ada beberapa pengusaha hebat yang siap membantu kita semua yang ingin memperdalam kemampuan menjual secara terselubung.

Kenapa Mendalami Covert Selling?

Gak tau juga, kenapa akhirnya mendalami covert selling. tahun 2009 saya bertemu pertama sekali dengan ki jendral. Beliau kebetulan suami dari teman SD saya, jadi saya dekat dengan beliau lewat perantaraan istrinya, hehe.

Waktu itu saya memang sudah memanfaatkan akun FB personal untuk berjualan apa saja. Tapi, yang saya lakukan hanya main tag orang, hard selling dan saya juga merasa status itu membosankan.

Sampai akhirnya ki jendral bilang, “jualan di akun FB ga begitu…”

Lalu mulailah saya mendengarkan petuah beliau. Waktu itu memang beliau mulai belajar teknologi pikiran seperti hynosis dan NLP. beliau juga mengambil sertifikasi untuk keilmuan ini.  Sejak saat itu, saya tidak lagi menjual secara serampangan, lebih hati-hati.

Proses yang saya lakukan waktu itu adalah bagaimana membangun persepsi publik tentang siapa sebenarnya Bag Kinantan. Yang saya lakukan adalah menciptakan kerumunan, mengumpulkan engagement (like, komen dan share) serta membuat kolam-kolam.

Dengan basic keilmuan teknik industri, saya mulai pertualangan menjadi pengumpul like, komen dan share. Waktu itu saya memang sudah rutin menulis di blogspot, kebanyakan ceritanya curhat. Dengan kemampuan dasar menulis ini, saya diberi tantangan untuk menghasilkan tulisan yang mampu menyederhanakan ilmu saya tadi agar mudah di kunyah orang awam.

Saya mulai menulis Note, saya tawarkan ke kawan kawan fb saya, siapa yang mau di tag? tetap nge-tag tapi dapat izin dari pemilik akun. Lalu saya buat grup wa untu sharing, sekarang grupnya bernama cakap bisnis. Dulu rutin sharing disana, sekarang agak jarang, karena kesibukan makin bertambah. Di telegram juga ada channel dengan nama yang sama yaitu cakap bisnis.

Perlahan, orang-orang mulai mengenal seorang Bag Kinantan.

Seiring dikenalnya nama ini, kepercayaan orang terhadap pemilik nama juga semakin meningkat. Lalu saat saya memulai jualan Madu di tahun 2014 melalu akun fb personal, alhmdulillah penjualan mulai meningkat dari sebelumnya. Bahkan saya dapat suntikan dana dari beberapa kawan. Dana itulah yang digunakan untuk mengembangkan website : refillmadu.com

Mulai Menggunakan Covert Selling?

Covert selling seperti kita ketahui bersama adalah salah satu cara menjual secara teselubung yang dicirikan dengan tidak adanya ajakan membeli, perintah dan penawaran.

Ditahun 2016, ki jendral mulai memperkenalkan konsep covert selling yang sebelumnya beliau ujicobakan selama 3 tahun. Kemunculan konsep ini dibarengi dengan terbitnya buku mantra covert selling. Sayapun mengikuti apa yang beliau tuliskan dalam status-status FBnya. Saya mulai menirunya.

Sejak saat itu saya mulai menerapkan covert selling, walau belum pernah ikutan kelasnya, hanya modal mengikuti status ki jendral. Sekitar setahun yang lalu akhirnya saya berhasil menyelenggarakan kegiatan workshop covert selling di Medan, itulah akhirnya secara resmi saya belajar covert selling.

Hingga sekarang saya terus menerus menggunakan covert selling sebagai salah satu cara saya memperkenalkan produk saya ke calon konsumen.

Satu yang saya suka dari covert selling ini adalah dapat menutupi ketidakmampuan saya dalam menjual (membuat penawaran). Saya tinggal menuliskan kata-kara yang tidak ada penawaran dan ajakan untuk sebuah produk, lalu posting, itu saja.

Saya teringat di bulan ramadhan sekitar 25 tahun yang lalu. Saya menjualkan ‘sarang ketupat’ yang dibuat ibu saya di rumah. Karena malu, saya cuma berjalan-jalan keliling komplek sambil menenteng 30 sarang ketupat. Salah satu tetangga yang mengenal saya bertanya,”bek, ketupatnya dijual?” Lalu saya menjawab, “Iya bu.”

Obrolan berlanjut, lalu beliau membeli 30 sarang ketupat yang saya bawa dengan harga 400 rupiah (waktu itu saya menjualnya 600 rupiah). Saya pulang lalu saya bawa lagi sarang ketupatnya keliling keliling kampung, tanpa ada teriakan “sarang ketupat bu??”

menjelang lebaran, kami sudah jual lebih dari seribu sarang ketupat. Ada sat keluarga sekali order 300 ketupat, 200 dan belum lagi yang beli per 30 untuk satu rumah. Waktu itu saya sudah punya satu karyawan yang memanjat pohon kelapa untuk mengambil janurnya. Saya bayar ia 500 rupiah per pohon.

Kembali lagi dengan ketidakmampuan menulis kalimat penawaran. Akhirnya saya fokus dengan kekuatan saya sebelumnya yang sudah lebih dulu mempelajari tentang menulis.

Dengan kemampuan menulis yang telah saya pelajari sebelumnya, saya manfaatkan untuk mengembangkan kemampuan menjual secara terselubung. people love story, orang-orang suka cerita. Dengan pemahaman ini saya gabungkan kemampuan bercerita lewat tulisan dengan konsep covert selling. Hasilnya lumayan juga.

Seiring berjalannya waktu, saya juga mempelajari SEO, ilmu SEO juga saya kombinasikan dengan cerita dan covert selling.

Kesimpulannya

Dibagian akhir tulisan ini saya ingin sampaikan ke kawan-kawan, di dunia digital ini, kemampuan menulis menjadi salah satu keahlian yang mendesak untuk dikuasai. Dengan kemampuan ini, kawan kawan akan dapat mempengaruhi banyak orang dan pada akhirnya akan mampu menjual produk/ jasa kita ke khalayak (netijen).

Berkembangnya teknologi informasi saat ini, akan terus mendorong orang-orang untuk memanfaatkan internet untuk mencari informasi. Dan salah satu makanan yang paling disukai di era digital ini adalah tulisan dan video.

Jika belum mampu membuat video, kenapa tidak memulai dari menuliskannya. Ada banyak sekali media yang dapat dimanfaatan secara gratis, hanya bermodalkan sinyal internet.

Seperti yang saya lakukan saat ini, menuliskan cerita tentang perjalanan saya mulai dari belajar jualan di FB hingga mendapat lisensi trainer covert selling yang dapat membuka kelas online covert selling.

Dengan kemampuan menulis ini, saya sudah hasilkan lumayan banyak dari internet ini, dan saya ingin kawan-kawan juga dapat menikmati rezeki dari internet, bukan sekedar menghabiskan uang untuk beli pulsa internet.

InsyaAllah secara rutin saya akan berbagi seluk beluk covert selling melalui web ini atau melalui grup whatsapp atau melalu kelas online covert selling.

Semoga bermanfaat, salam.

Bag Kinantan

Licensed Trainer Covert Selling

Published inCovert Selling

2 Comments

  1. Evi Martosudjono Evi Martosudjono

    Kapan ada kelasnya lagi? Kalo mau ikut caranya gimana, syaratnya apa?

    • bagkinantan bagkinantan

      sekarang saya buka kelas offline saja di Medan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *