Skip to content

Category: Covert Selling

Menggabungkan Covert Selling dengan SEO

Menggabungkan covert selling dan SEO

Beberapa waktu ini saya sedang mempelajari dua hal terkait digital marketing dan lebih khusus content marketing: Covert Selling dan SEO. Kedua hal ini menarik karena saya pribadi menyukai kegiatan menulis. Baik covert selling maupun SEO keduanya memiliki basis yang sama yaitu tulisan.

Covert selling seperti pernah saya jelaskan pada tulisan sebelum ini, bahwa dimulai pertama sekali saat menuliskan status “iklan” di sosial media seperti facebook. Mengapa tanda petik, karena titik tekan covert selling adalah bagaimana menulis iklan yang justru tidak terlihat sedang beriklan, tapi mampu menggerakkan target pasar untuk membeli produk kita.

Mantra Covert Selling – Sebuah Review

Jual Buku Mantra Covert Selling

Buku penjualan paling jelek se alam semesta, begitu menurut penulis buku ini. Buku ini berjudul  buku mantra covert selling (the magic art of advertising). Dan walau sudah dikatakan ini buku terjelek, penjualan buku ini terus saja berlanjut. Bahkan dibeberapa marketplace sudah beredar versi bajakannya.

Siapa Penulis Buku Mantra Covert Selling Ini?

Buku ini ditulis oleh salah seorang sahabat saya, nama penannya : Ki Jendral Nasution, mengklaim diri sebagai dukun penjualan #1 Indonesia. Hingga lulus SMA tinggal di Medan, lalu merantau ke Bandung (rencananya mau kuliah), di tengah jalan rencana berubah. Memilih tidak menyelesaikan kuliahnya dan sibuk jualan. Jual apa aja!

Skill Dasar Penjualan yang Harus Dimiliki Penjual Online

skill dasar penjualan

 

Seringkali saya menemukan pertanyaan dari teman – teman, soal skill dasar penjualan yang mesti dimiliki jika kita ingin menjual produk secara online. Pada kesempatan kali ini saya akan sharing pengalaman pribadi dalam menjual madu hutan secara online.

Bagi sebagian orang, menjual produk kesehatan memiliki tantangan tersendiri. Karenanya, banyak juga yang menghindarinya.

Saya sebelumnya fokus pada penjualan jamur tiram, mulai dari penyiapan bibit, baglog hingga produk pasca panen (olahan). Awalnya berhasil, saat scale up saya tidak mengukur dengan benar. Akibatnya bangkrut.

Setelah kebangkrutan itu, saya berpikir produk apa yang akan saya jual selanjutnya. Berbekal pelajaran dari usaha jamur tiram, saya mengambil kesimpulan untuk fokus membangun usaha yang hanya menjual produk tanpa memikirkan produksi.

Kenapa fokus pada penjualan saja dan menghindari produksi? InsyaAllah akan saya singgung pada kesempatan berikutnya.