Bisa dibilang ketika menikah saya nekat. Mertua sebenarnya berat menerima saya. Itu terlihat dari wajah mereka. Bisa dibilang juga, saya gak punya modal saat menikah, solusi paling singkat ya berhutang, tinggal dipikir gimana hutang yang ada bisa lunas sesegera mungkin.
Saya dibesarkan ibu saya sendiri, karena ayah saya meninggal sejak saya berusia 2,5 tahun. Walau pada akhirnya ibu saya menikah lagi saat saya berusia 5 tahun, peran ibu saya sebagai tulang punggung keluarga tidak berkurang.
2010 saya melamar anak gadis kebanggaan orang tuanya. Bagaimana tidak, seorang sarjana teknik dari sebuah kampus swasta terbaik di Indonesia, pegawai BUMN besar. Sementara saya?
Di tahun itu, usaha saya bangkrut, penghasilan yang rutin belum jelas, dan ya… saya masih numpang makan di rumah orang tua saya yang waktu itu masih aktif sebagai PNS Guru.
Sangat menyedihkan.
Tapi, sejak dulu saya memang cuek!
Niat sudah terpasang, pantang untuk mundur. Bismillah, gas terus.
Akhir 2010, ditentukanlah hari H pernikahan adalah maret 2011, Januari, 2011 usaha yang saya harapkan mampu menjadi penopang biaya pernikahan harus kandas (lagi). Semua habis dan tak lama berselang, bapak “calon” mertua tanya “Dah bisa transfer dana untuk persiapan hari H?”
Berbekal “nama baik”, saya sms kawan-kawan lama dengan pesan, “Aku mau nikah, dana kurang, bisa pinjam 1 juta, setelah nikah aku balikkan.”
Alhamdulillah, banyak juga yang bantu dengan mentransfer ke rekening yang saya berikan. Saya belum hitung berapa total hutangnya, yang pasti dana di rekening cukup buat persiapan-persiapan dan biaya untuk ke medan nanti.
Cuma, setelah itu masalah baru muncul, bagaimana melunasinya?
Di malam pertama kami, justru saya dan istri melakukan listing : siapa saja yang saya hutangi.
Lalu, saya sampaikan ke istri bahwa goal pertama adalah bagaimana lunas hutang ini dulu semua. Alhamdulillah istri mendukung. Ini berarti selama hutang belum lunas, maka akan ada bagian istri yang harus dilewati.
Dalam kondisi yang tidak ideal ini, cincin nikah sebenarnya belum saya berikan ke istri, pada saat lamaran cincin yang saya berikan adalah cincin imitasi yang cuma berharga 30 ribu sepasang.
Pernah satu waktu saya buka buku catatan istri, ada sebuah kalimat yang ditulisnya : “Pengen juga seperti orang-orang dikasih cincin.”
Benar-benar sebuah catatan penting buat saya, walau istri gak pernah menyampaikannya ke saya secara langsung.
Butuh 22 bulan akhirnya sampai seluruh hutang itu lunas, waktu itu jumlah hutang memang tidak sebanyak orang-orang, 49 jutaan, hampir 50 juta.
Sebenarnya tidak ada satu yang istimewa dari langkah-langkah yang saya lakukan dalam mengejar goal lunas hutang ini. Kawan-kawan pun saya yakin sudah sering mendapatkan tips ini, beredar di grup whatsapp, di facebook dan lain lain.
Tapi tidak ada salahnya jika kita share ulang apa yang pernah saya lakukan dan berhasil. Bisa jadi, ada di antara kawan-kawan yang punya kasus serupa dengan saya saat ini dan sedang bingung bagaimana keluar dari jeratan hutang.
Pertama, Berniat Kuat Untuk Segera Lunas Hutang.
Kawan, memang hutang itu perkara yang boleh tapi sebaiknya dihindari. Di beberapa ayat dan hadist soal hutang memang menegaskan untuk sebaiknya gak punya hutang, walau hutang itu diperbolehkan.
Nah, untuk yang sudah punya hutang, maka pertama sekali yang harus kita tanamkan dalam diri adalah kita akan melunasi hutang tersebut secepatnya.
Ini juga yang saya tegaskan dalam diri, bahwa, hutang ini jangan lama-lama, lebih cepat lebih baik.
Jika muncul dalam pikiran kita untuk tidak melunasi hutang, maka ini yang disebut Rasulullah sebagai golongan orang pencuri, nanti di akhirat akan dikelompokkan dalam golongan pencuri.
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)
Namun, jika kita berniat sekuat tenaga akan melunasi hutang, maka Allah akan bantu kita melunasinya.
Dulu Maimunah ingin berhutang. Lalu di antara kerabatnya ada yang mengatakan, “Jangan kamu lakukan itu!” Sebagian kerabatnya ini mengingkari perbuatan Maimunah tersebut. Lalu Maimunah mengatakan, “Iya. Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan kekasihku shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi hutang tersebut di dunia”. (HR. Ibnu Majah no. 2399. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih kecuali kalimat fid dunya –di dunia-)
Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam membayar hutang. Ketika dia mampu, dia langsung melunasinya atau melunasi sebagiannya jika dia tidak mampu melunasi seluruhnya. Sikap seperti inilah yang akan menimbulkan hubungan baik antara orang yang berhutang dan yang memberi hutangan.
“Sesungguhnya yang paling di antara kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Bukhari no. 2393)
Dari dalil di atas, niat/ tekad yang kuat dalam melunasi hutang akan mendatangkan kemudahan-kemudahan dari Allah.
Dan ketika saya berniat sungguh-sungguh melunasi hutang kala itu, ada banyak kemudahan yang Allah berikan kepada saya. Termasuk kemudahan dari pemberi hutang, kemudahan dalam pembayaran (cicil) dan potongan atas hutang saya waktu itu.
Kedua, Mulai Melakukan Pendataan, Membuat Ranking dari Hutang-Hutang kita.
Untuk kasus saya waktu itu, saya memiliki hutang ke lebih dari 10 orang. Lalu saya mengurutkan hutang-hutang saya dari yang paling besar ke yang paling kecil.
Setelah pengurutan ini saya lakukan, maka saya dapat menyusun prioritas hutang mana yang akan dilunasi terlebih dahulu.
Menurut banyak pelatih keuangan, tips melunasi hutang adalah lunasi yang kecil-kecil terlebih dahulu. ada hutang ratusan ribu, jutaan hingga puluhan juta, maka lunasi dulu yang ratusan ribu.
Kenapa?
Ini kaitannya dengan psikologis kita, jika ada satu dua hutang kecil yang berhasil dilunasi, perasaan kita jadi lebih positif dan mulai yakin akan dapat melunasi hutang-hutang yang lebih besar selanjutnya.
Ini langkah kedua, membuat ranking dan menyusun prioritas pelunasan hutang.
Ketiga, Tunjukkan I’tikad Baik dengan Menemui/ Menghubungi Pemberi Hutangan
Setelah berniat dan menyusun prioritas, tunjukan niat/ i’tikad itu dengan menemui pemberi hutang kita dan katakan kepadanya bahwa kita akan melunasi hutang-hutang kita. Sampaikan juga, dalam proses pelunasan akan ada penyesuaian-penyesuaian.
Misalnya, kita sampaikan akan dilunasi dengan mencicil (re-schedule), besaran cicilan dan lama cicilan. Bahasa mudahnya, dinego lagi hutang kita.
Langkah ketiga ini menjadi titik krusial, disini pemberi hutang akan menilai sejauh mana kita akan berkomitmen melunasi hutang kita. Sering kali pemberi hutang kehilangan kesabaran dan akhirnya marah dan sampai ke ranah hukum, karena kita sebagai kreditur malah mangkir, lari, sulit dihubungi dan lain lain.
Keempat, Agar Segera Lunas Hutang, Mulailah Membayar.
Dari banyak kasus yang punya hutang ke saya atau kawan-kawan saya. Berat memang memulai untuk membayar, seperti beratnya melangkahkan kaki yang pertama. Namun, itupula yang menjadi ‘alasan’ Allah membantu kita melunasi hutang.
Dari pengalaman saya pribadi, ketika niat sudah terpancang, pembayaran pertama dilakukan, berbagai kemudahan saya dapatkan.
Bagaimana strategi membayarnya?
Seperti sudah saya sebutkan di langkah kedua, setelah kita meranking hutang dari kecil ke besar atau sebaliknya, maka mulailah membayar hutang-hutang yang nominalnya kecil. Ini akan membantu kita secara psikologis merasa “menang” ketika satu persatu hutang berhasil dilunasi.
Ini menjadi semacam energi untuk kita/ keyakinan diri kita bahwa kita mampu melunasi hutang yang lain.
Dari pengalaman saya yang lalu, hutang saya mulai dari 500 ribu hingga 14 juta, di beberapa belas orang, lupa saya pasnya.
Ya, 500 ribu menjadi target utama untuk dilunasi, sampai akhirnya saya sampai di hutang yang 14 juta. Kepada pemilik hutang, saya minta kemudahannya untuk pembayaran, saya cicil minimal 750 ribu perbulan, kalau ada lebih saya bayar lebih cepat.
Maka, target minimal sebulan adalah 750 ribu, dan Alhamdulillah ketika hutang tinggal 4 juta lagi, saya dapat rezeki agak banyak dan saya bisa bayar 2 juta bulan itu.
Setelah saya transfer, pemilik hutang menelpon saya mengatakan bahwa hutang saya yang 4 juta cukup dibayar 1 juta, selebihnya tidak usah dibayar. Saya katakan bahwa saya baru transfer 2 juta. Beliau mengatakan, akan ditransfer balik yang 1 juta. tapi, saya tolak, saya berterimakasih sudah diberi kemudahan pembayaran sampai beberapa bulan dan dengan diskon itu jelas benar-benar bantuan yang luarbiasa buat saya.
Hari ketika saya melunasi hutang itu adalah bulan ke 22 dari sejak awal saya menikah. Waktu itu saya merasakan kelegaan yang luar biasa. Ternyata ini rasanya ketika kita lepas dari jeratan hutang.
Kadang muncul pertanyaan dari kawan-kawan, kalau ternyata pendapatan kita tidak mencukupi untuk membayar hutang dan biaya hidup, itu bagaimana?
Kalau pendapat saya, tetap ada sebagian pendapatan yang disisihkan untuk mencicil hutang dan kita mulai berpikir bagaimana memiliki sumber pendapatan yang baru, tanpa mengganggu yang sudah ada.
Dasar berpikirnya, bagaimana kita memiliki keran penghasilan yang baru, bukan malah menambah hutang baru.
Setelah hutang saya lunas, maka sejak saat itu saya berusaha sekuat tenaga untuk tidak terjebak dalam hutang. Sembari saya belajar lebih dalam lagi soal pengelolaan keuangan, bagaimana mengelola hutang dan melunasinya dan satu lagi saya punya mentor yang membimbing saya dalam mengambil keputusan-keputusan keuangan yang strategis.
Butuh 10 tahun sampai akhirnya saya menemukan beberapa insight tentang bagaimana pengelolaan utang. Bagaimana membuat hutang lebih produktif sehingga kita tidak terjebak dalam hutang yang salah. Dan cerita soal hadist Nabi tentang hutang di atas dapat diamalkan.
Baca juga : Pilih mana cash atau kredit?
Kita belajar juga dari salah satu sahabat Nabi yang mulia, Zubair bin Awwam yang saat meninggal, meninggalkan hutang yang tidak sedikit, tapi ahli warisnya tidak bingung bagaimana melunasi hutang orang tuanya. Kawan-kawan bisa ketik di google tentang hutang sahabat yang mulia Zubair bin Awwam.
Itulah tadi langkah-langkah yang saya lakukan ketika melunasi hutang saat awal-awal menikah. Memang tidak banyak, hanya sekitar 50 juta kurang sedikit. Namun, bagi sebagian orang, angka ini mungkin tinggi juga. Semoga langkah-langkah ini dapat memberi inspirasi kepada kawan-kawan yang saat ini masih terjerat hutang.
Bag Kinantan
MasyaAllah Tabarakallah bang beg .
Memang yang paling penting adalah niat. Kadang ada orang yang uangnya ada, tapi memang hobinya ya berhutang. Celakanya lupa bayar pula, entah pura-pura lupa.
PR besar memang
Bang, makasi ya udah menulis pengalaman ini, aku juga dalam proses melunasi hutang, step step yg abang tulis sangat membantu
semoga Allah mudahkan kak
Paling takut itu memang punya utang bang…
Takut blom sempat lunas, kita dah pulang duluan ke haribaan…
Mudah-mudahan jangan ada utang-utang, dan yang berutang segera diberi kemudahan untuk melunasinya.
Ada satu lagi utang yang berat, yaitu utang budi.
Keknya kalo utang budi, sampai kapanpun gak bakalan dianggap lunas… hadeuhhh
cuma jangan sampe seperti orang orang yang mengharamkan hutang.