Semakin hari, semakin banyak yang belajar Covert Selling. Beberapa waktu yang lalu saya melakukan survey di Facebook. Apa yang kawan-kawan ketahui dari covert selling. Sebagian besar memang sudah tau bahwa covert selling adalah jualan yang gak nawarin.
Ya, jika kawan-kawan ikut kelas belajar covert selling yang dilakukan oleh para Licensed Trainer Covert Selling (LTCS), maka kawan-kawan akan mendapatkan kata kunci covert selling ada di : tidak ada penawaran, ajakan dan perintah untuk membeli.
Kita tentu akan mengerenyitkan dahi, beneran? jualan tanpa penawaran, ajakan dan perintah membeli? Jadi gimana bisa closing?
Bagi kami para praktisi Covert Selling, kami menyadari bahwa Closing itu hanya efek samping yang akan kita dapatkan jika kita memenuhi : sunnatullah Nya. Apa saja sunnatullahNya bang?
6 Hal yang Akan Dilalui Konsumen Sebelum Memutuskan Membeli
Lavidge and Steiner’s adalah 2 orang ahli marketing yang memperkenalkan Hierarchy Of Effect Model. Model ini menunjukkan sebuah langkah-langkah yang akan dilalui konsumen dari pertama sekali melihat iklan kita hingga memutuskan untuk membeli.
Dalam Covert Selling kita mengenalnya menjadi 6 langkah penjualan.
Langkah-langkah itu terdiri dari : Awareness – Knowledge – Liking – Preference – Conviction – Purchase.
Setiap pembeli akan melalui keenam langkah di atas, hanya saja dalam covert selling tugas kita hanya pada 2 langkah pertama saja. Sedangkan 4 langkah selanjutnya itu benar-benar urusan si target pasar dan TUHAN. Artinya, jika Allah memberi hidayah kepadanya untuk membeli dari kita, maka itulah yang akan terjadi.
Sebagai penjual, tugas kita hanya melakukan 2 langkah di atas, yaitu awareness dan Knowledge, apa itu?
Proses membangun Awareness di covert selling adalah tentang bagaimana membuat target pasar “ngeh” bahwa kita ada. Ya, tujuannya sesederhana itu saja. Target konsumen tau bahwa kita ada.
Misalnya dulu ketika awal-awal kami menjual madu, maka dalam setiap status kami di facebook kami menunjukkan aktifitas kami sedang mempacking madu. contohnya seperti yang pernah kami share di youtube.
Di dalam video ini kami tidak ada mengajak, menawarkan atau memerintahkan penonton untuk membeli produk madu kami. Apakah ini iklan? Ya, iklan versi covert selling. Dalam video ini kami sedang membangun sebuah awareness sekaligus knowledge ke audiens bahwa kami sedang menjual madu hutan dan beginilah cara kami mempacking madu kami agar aman dalam pengiriman keluar kota.
Contoh lain
Ini adalah status-status yang memberi tahu tentang keberadaan toko kami dan beberapa aktifitas yang terihat di toko kami. Secara gak langsung, postingan-postingan ini akan mendorong rasa ingin tahu dari pembaca, tentang lokasi ngopi atau peluang-peluang menjadi reseller madu hutan di refillmadu.
Di dalam covert selling, tugas kita hanya fokus pada 2 hal pertama dari 6 langkah menuju ke penjualan. Bahkan, kami meyakini bahwa penjualan itu hanya efek samping dari 2 langkah awal yang kita seriusi tadi, awaraness dan knowledge.
Tujuan Covert Selling
Saya menemukan, fokus utama dari covert selling adalah untuk membangun keingintahuan dari target pasar, kemudian menanamkan sebuah “tombol panas” di dalam pikiran target pasar. Setelah hot button ini tertanam, cara kerjanya seperti ini : saat kita melihat ‘kata kunci’ tentang produk kita, pikiran akan menggiring memori kita ke produk kita.
Contohnya begini, di postingan di atas, kita menunjukkan aktifitas mempacking madu. Pikiran kita saat melihat proses packing ini dengan kegiatan penjualan madu. Saat kita melihat madu dan saat itu kita butuh madu, maka pikiran akan menggiring ke memori tentang siapa sih yang menjual madu? Karena sebelumnya sudah pernah lihat penjual madu, maka selanutnya pikiran akan mengarahkan untuk membeli ke penjual yang ada di memori tadi.
Kesimpulan
Bicara soal covert selling, kita bicara tentang mempengaruhi pikiran bawah sadar calon pembeli. Untuk itu, kita perlu memperbanyak “kata kunci” yang tersebar disekeliling target pasar sehingga kata-kata kunci itu tertanam di memori konsumen. Sehingga saat mereka butuh sesuatu yang berkaitan dengan produk kita, pikirannya menggiring ke produk kita. Begitu.
Lalu jika ada pertanyaan, dimana ada kelas covert selling? Kawan-kawan sudah tau kan kemana belajarnya?
Mantabs bg, ilmu baru
Paragraf trakhir ni konvert selling juga kayakanya ya hehe
bukan konvert tapi covert
Wuah, mantap sekali ilmunya. Bisalah nih saya juga ikutan belajar cara marketing ini. Kalau yang seperti ini malah keren sekali. Seolah-olah calon pembeli itu memang sukarela datang sebab keperluannya.
bisa kak, sebenarnya awak dah sampaikan ke blogsum, tapi gak banyak yang tertarik, mungkin karena belum tau
Covert Selling memang perlu dalam berjualan apapun itu. Semoga nanti kalau aku udah ada usaha seperti warkop atau pun cafe kecil” an aku nerapin covert selling yang kakak bagikan disini yaa.. Makasih ?
sama sama
Karena tugas kita cuma dua di awal, berarti selain ikhtiar, doa dan mendekati pemilik kehidupan yang berkuasa atas 4 Langkah tersebut juga harus diperhatikan ya kan bang..
4 langkah berikutnya itu cuma dia dan Allah yang punya kerja, kerja kita cuma 2 langkah awal.
Saya pribadi lebih cocok berjualan dengan type covert selling ini. Secara awak bukan org yang pinter merayu orang untuk membeli produk yg awak jual.
Lebih suka pembeli membeli atas kesadaran sendiri ☺
jangan di rayu kak…biarkan mereka menemukan kita dan akhirnya membeli sendiri
Menarik ini,, closing tidaknya calon cust memasrahkan pada ketentuan Allah SWT. Luar biasa keyakinannya ya Bg. Sangat perlu diteladani nih yg begini. Sebab segala sesuatunya itu tak lepas dari campur tgn dan rida-Nya.
dulu awak juga sering galau kalau ada konsumen dah tanya tanya,bahkan janji transfer tapi gak jadi jadi transfer. Setelah di pasrahkan malah meledak meletup penjualan, alhamdulillah
ilmu nya benar-benar baru buat awak yang hmmmmm payah bilanglah bang. dari dulu memang gak pernah belajar ekonomi. tfs bang
kok ekonomi kak?