Skip to content

Medan ke Jogja Part 2 (Pekanbaru – Lampung)

perjalanan medan menuju jogja
Etape kedua 1002 km

Melanjutkan tulisan pada part pertama lalu yaitu perjalanan dari Medan ke Pekanbaru. Tulisan kali ini kita sambung perjalanan Medan ke Jogja untuk etape Pekanbaru Ke Lampung.

Kenapa Pekanbaru ke Lampung? Kenapa gak ke Pelembang dulu?

Gak tau juga sih, mungkin sejak dulu zaman kuliah, bus yang biasa saya naiki (yang disupiri paman saya) adalah Bus SAN yang menuju Pekanbaru dan start-nya selalu dari Lampung. Lampung sendiri adalah kampung halaman saya, saya lahir dan besar hingga SMA di sana dan sampai tulisan ini dibuat, ibu saya masih tinggal di Lampung.

Lebih kepada kedekatan emosional, walau di antara Pekanbaru dan Lampung ada kota Jambi dan Palembang. Ya… nyaris tidak ada kenangan apa-apa saya dengan kedua kota ini. Hanya tempat lewat, bahkan menginap-pun tidak, jika tidak terpaksa.

Yang saya ingat dari Kota Jambi, biasanya solat subuh di sana, kalau dari Pekanbaru berangkat sore atau Makan malam jika dari Lampung malam juga (sebelum ada jalan tol).

Tapi, beberapa kali lewat, akhirnya saya coba mengeksplor Kota Jambi via Google Maps, menemukan beberapa hal yang menarik, kalau kawan-kawan menemukan apa?

Flashback Zaman Kuliah

Sejak 2003, saya memulai petualangan ke Negeri Utara, Medan Sumatera Utara. Mendapat undangan sebagai calon mahasiswa tanpa tes melalui jalur PMDK, saya memilih jurusan Teknik Industri. Dulu katanya, Teknik Industri adalah Jurusan favorit setelah kedokteran.

Mungkin ada yang tanya, kenapa gak ke Jawa, Jogja misalnya, kota pelajar, kota impian sebagian besar anak Indonesia.

Sebenarnya, saya pengennya sekolah ke Jogja, bahkan sejak SMP saya sudah menembak Jogja sebagai kota tujuan untuk melanjutkan studi. Ibu saya menargetkan, jika NEM (Nilai Ebtanas Murni) saya mencapai 45, maka SMA di Jogja. Tapi, saat tamat SMP dengan NEM 46 lebih, saya batal ke Jogja, alasan klasik : Biaya.

Lewat jalur PMDK juga, sebenarnya saya punya peluang Kuliah ke Jogja, tapi lagi-lagi, soal biaya menjadi salah satu penghambat berangkat ke sana.

Akhirnya, saya memilih Medan, walau sebelumnya gak ada dalam pikiran dan memang gak ada niat ke sana. Saya, berangkat sendiri ke Medan, tapi transit dulu ke Kampung Ibu saya di kaki gunung Merapi Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Nah, sebagai anak kos dengan uang bulanan seadanya, pulang kampung ke Lampung adalah sebuah kemewahan. Cara paling murah untuk bisa pulang adalah dengan menumpang.

Untungnya, Paman saya, waktu itu masih aktif menjadi Supir Bus SAN (Siliwangi Antar Nusantara), bus yang awalnya mengambil jurusan Bengkulu ke Jakarta dan saat ini berkembang melayani beberapa kota di Jawa dan Sumatera.

Ya, namanya menumpang, harus rela duduk seadanya dan bantu-bantu kernet bus. Tugas utama saya adalah jadi kawan ngobrol paman saya ketika beliau di balik kemudi. Kalau beliau tidur di bagian belakang bus (atas mesin) saya ikut tidur di sana.

Jadi, rute saya pulang kampung dari Medan biasanya adalah Medan ke Pekanbaru naik bus Makmur. Pekanbaru – Lampung naik bus SAN. Kadang, sebelum turun di Lampung, saya lewatkan sampe ke Jawa, karena Bus SAN punya rute Pekanbaru – Solo Via Jogja.

Kalau libur agak panjang, kita nikmati Medan ke Jogja bonus ke Solo atau kota-kota lain.

Captiva FL Diesel singgah dalam etape 2 medan ke jogja
Singgah Sebentar di etape 2 Medan Ke Jogja

Jalan Lintas Timur Sumatera

Bisa dibilang, lintas timur sumatera ini biasa banget rutenya. Tidak ada yang bisa dikatakan istimewa. Jalannya relatif lurus-lurus, untuk jalan lintas di Riau, sudah hampir di beton semua, di daerah Jambi juga sudah bagus.

Jalanan rusak ketemu di daerah Sumatera Selatan dan memang jalur Sumatera Selatan agak agak semacam, jarang bagusnya, lebih sering rusak. Bahkan untuk jalan Tol Palembang Lampungpun terkenal sebagai jalan tol dengan kualitas jalan Terburuk se Indonesia.

Tapi, memang lintas timur adalah jalur pilihan utama pengemudi, baik kendaraan pribadi, Truk, Bus dan lain-lain. Walau kondisi jalan di beberapa titik dalam kondisi rusak, Lintas Timur Sumatera adalah jalur paling aman di Sumatera.

Mungkin kawan-kawan sering dengar kasus pembegalan, bajing loncat dan sejenisnya, semua berada di Jalan Lintas Sumatera yang melintas Propinsi Sumatera Selatan, tapi bukan lintas timur, kebanyakan kasus itu terjadi di Lintas Tengah Sumatera. Ketika kita melintasi kabupaten Lahat, kabupaten 4 Lawang dan Kota Lubuk Linggau.

Kasus-kasus itu terjadi dulu, sekarang relatif lebih aman. Setidaknya ketika saya lewat beberapa kali dalam setahun, saya tidak menemukan keganjilan apapun.

Kasus kejahatan yang berkurang salahsatunya karena banyak kendaraan yang mengalihkan perjalanannya ke Lintas Timur. Lintas Timur sendiri hari ini sudah sangat ramai, jalan yang dilalui relatif lebih lurus-lurus ketimbang lintas tengah dan barat yang sebagian besar adalah jalur pegunungan.

Di Jalan Lintas Timur memang jadi pilihan karena secara kontur daerah bukan pengunungan, lebih banyak hutan, rawa dan sungai besar.

Dan di hutan-hutan pantai timur sumatera ini lah berkembang biak lebah endemik Apis Dorsata yang menghasilkan madu hutan sumatera yang selama ini menjadi sumber penghasilan ribuan orang, mulai dari pemanen, pengepul, distributor hingga reseller/ agen dan penjual eceran.

Termasuk didalamnya adalah Madu Al-Hafizh yang kami hadirkan langsung dari hutan – hutan disekitaran Jalan Lintas Timur Sumatera tadi.

Kembali ke Rute Pekanbaru – Lampung

Sebelum ada jalan Tol antara Bakauheni – Palembang, maka pilihannya adalah 100% menyusuri jalan lintas timur sumatera, yang kadang jika masuk musim penghujan, ada daerah yang banjir dan menyebabkan jalanan terendam air.

Namun, karena pilihannya lintas timur atau tengah, kebanyakan pengemudi lebih memilih lintas timur yang ramai dan relatif lebih aman.

Kalau saya pribadi bebas aja sebenarnya, masing-masing jalur punya kelebihan dan kekurangan seperti yang saya sebutkan di atas.

Secara jarak tempuh dari Medan ke rumah Kotabumi, Lampung, lebih pendek sedikit, namun dari waktu tempuh bisa lebih lama dari lintas timur. Penyebabnya tentu karena lintas tengah banyak jalan perbukitan yang berbelok, sementara lintas timur cenderung lurus-lurus aja.

Selepas Kota Pekanbaru, kita akan memasuki Kabupaten Pelalawan, sebuah kabupaten yang terkenal karena pabrik kertas yang diproduksi RAPP dan Indah Kiat. Disamping tentunya kebun sawit yang membentang sepanjang jalan.

Saat ini dengan luasnya hutan tanaman industri akasia yang menjadi bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas) dan kertas, oleh sebagian warga, dimanfaatkan untuk mengembangkan tumpang sari peternakan lebah Apis melifera.

Lebah Apis Melifera adalah jenis lebah unggul mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1841 dan berkembang hingga saat ini. Lebah madu ini menjadi favorit karena memiliki produktifitas yang jauh lebih baik dari jelas lebah Apis Cerana (Lebah Lokal). Produksi madu per koloni per tahun mencapai 35-40 kg. Selain itu, saat ini lebah Apis Melifera sudah memiliki adaptasi yang baik sehingga minim hijrah.

Namun yang sangat berkembang pesat, peternakan yang berada di kawasan hutan industri yang dikelola oleh Indah Kiat (Grup Sinarmas).

Kabupaten Pelalawan memiliki ibukota bernama Pangkalan Kerinci. Dulu sering sulit membedakan Pangkalan Kerinci, Riau dengan Kabupaten Kerinci di Jambi.

Selepas Pangkalan Kerinci, masuk ke daerah Ukui, Lirik, Rengat, Belilas, Seberida, Keritang dan masuk Perbatasan Provinsi Jambi.

Setelah Pekanbaru, Rengat adalah salah satu kota yang lumayan ramai. Biasanya kita merencakanan istirahat pertama di Kota Rengat. Ada rumah makan persinggahan travel dan bus lintas Pekanbaru – Jawa yang berhenti di sini, termasuk juga Bus Antar Lintas Sumatera yang mengambil rute Lintas Timur.

Seingat saya bus yang berangkat dari Medan yang menuju jawa selain ALS adalah Pelangi atau Putra Pelangi yang menjalani Rute Medan Ke Bandung. Di tahun 2009 saat saya memutuskan untuk pulang ke Lampung total (gak niat balik ke Medan), Putra Pelangi adalah yang bus yang mengantarkan saya waktu itu. Walau ada kejadian kurang mengenakkan. hehe.

dari medan menuju jogja, rekomendasi tempat berhenti
Rumah makan Simpang Raya Rengat

Oke balik lagi, Rumah Makan Simpang Raya Rengat, itu namanya.

Sama seperti rumah makan yang dikelola oleh orang minang lainnya di jalan lintas sumatera baik timur maupun tengah. Keunggulan utama rumah makan ini adalah kamar mandi yang bersih, air bersih, mushola yang nyaman. Kalau masakan, mungkin beda lidah beda penilaian.

Tentang Rumah Makan Simpang Raya, selain di Rengat, ada juga Rumah Makan Simpang Raya di Lubuk Linggau, sepanjang perjalanan saya di lintas sumatera, kamar mandi/ toilet mereka adalah yang paling bersih. Bahkan kalau kita mau tidur di kamar mandipun gak takut kotor.

Begitu juga dengan Rumah Makan Simpang Raya di daerah Sumatera Selatan (lintas timur juga). Cuma saya tidak tahu, apakah mereka ini satu grup atau kebetulan namanya yang sama.

Tapi yang pasti, kamar mandinya bersih dan sangat rekomendit untuk jadi tempat persinggahan.

Masuk Provinsi Jambi

Provinsi selanjutnya dari rute Medan ke Jogja adalah Jambi.

Bisa dikatakan, melalui Provinsi Jambi adalah jalur terpendek ketika melintas dari Sumatera Utara hingga ke Lampung. Kalau dihitung panjang jalan yang kita lalui dari pos perbatasan Provinsi Riau ke pos perbatasan Provinsi Jambi – Sum-Sel, hanya sepanjang 209 km atau sekitar 5 jam perjalanan dengan kecepatan standar.

Dengan kota jambi yang berada di tengah-tengah, maka dari perbatasan Riau butuh 2-3 jam, ke perbatasan Sumsel butuh 2 jam-an.

Beberapa kali lewat jambi, kalau diambil titik dari Medan ke Jambi, butuh sekitar 24 jam perjalanan. Tapi pernah kami dari Medan sekitar pukul 9 pagi, tiba di Kota Jambi subuh.

Lebaran tahun 2022, saat pulang ke Lampung bersama keluarga kecil saya, kebetulan saya harus menjadi supir sendirian, karena istri masih menyusui, kami butuh sekitar 26 jam perjalanan untuk tiba di Kota Jambi.

Masuk Provinsi jambi yang paling saya ingat adalah daerah Merlung, Sebelumnya ada Daerah Tanjung Jabung Barat atau biasa disingkat TANJAB. Lalu Kota Jambi, dari kota Jambi keluar kota masuk Muaro Jambi dan daerah Tempino.

Di simpang Tempino ini jadi jalan potong kawan-kawan yang dari jawa yang menuju ke daerah Sumatera Barat, mereka masuk Tol, keluar di Palembang, lalu menyusuri lintas timur, di Simpang Tempino belok kiri ke arah Muara Bulian dan akan keluar di kota Muaro Bungo.

Dari Simpang Tempino (dari arah Kota Jambi) tidak lama berselang kita akan melewati Tugu batas provinsi antara Jambi dan Sumatera Selatan dan mulailah kita masuk Daerah yang biasa disebut Bayung Lencir. Selepas perbatasan, sebaiknya anda mengurangi kecepatan kendaraan anda, karena jalan di daerah ini biasanya berlubang.

Provinsi Sumatera Selatan

Dari perbatasan hingga ke pintu tol Kramasan Palembang bisa memakan waktu 7 jam-an, ditambah istirahat makan siang dan sholat Jama’ Dzuhur – Ashar.

Seperti sudah saya singgung tadi, bahwa jalanan di Sumsel, gak semuanya bagus, bergelombang dan berlubang. Mungkin karena jalur ini sangat ramai dan padat dari berbagai jenis ukuran kendaraan, membuat umur jalan menjadi lebih pendek.

Maintenan dan penggunaan jalan menjadi tidak imbang, al hasil, jalanan menjadi lebih mudah rusak.

Catatan berikutnya adalah usahakan untuk masuk Kota Palembang sebelum ashar, karena kalau kawan-kawan terjebak dan akhirnya terlambat masuk palembang, kawan-kawan akan terjebak macet yang lumayan panjang di daerah Betung.

titik rawan macet jika menuju jawa dan sekitar
Betung – Pintu Tol yang sering Macet

Jarak Betung ke Palembang hanya 70.an km dapat ditempuh dalam 2 jam. tapi, kalau kita sudah terjebak, perjalanan bisa mencapai 4 jam.

Kenapa ini terjadi, pertama jalur ini memang sangat ramai, baik menuju atau keluar Palembang. Pengguna jalan bukan hanya dari kendaraan luar kota, tapi juga penduduk lokal. Sepertinya memang jalan ini menjadi pilihan utama, hampir gak ada pilihan lain.

Saya coba buka googlemap, memang terlihat hanya jalan kecil di kiri kanan jalan.

Dalam perjalanan Medan ke Jogja kami kala itu, kami rencanakan untuk singgah ke Kota Palembang, makan pempek, lalu melintasi jembatan Ampera. Walau sudah pernah lewat di beberapa waktu lalu saat ke Malang, anak-anak minta untuk melintasi jembatan ampera sekali lagi.

Dari Jembatan Ampera, kami langsung menuju Pintu Tol Kramasan, jangan salah karena ada pintu tol Palembang Indralaya yang akan membawa kita ke Jalan Utama Lintas Timur.

Selepas masuk tol, kita tinggal hati-hati memilih jalan (karena banyak lubang di jalan dan jalan yang bergelombang), Tapi jalan rusak ini hanya dibahagian Provinsi Sumatera Selatan, setelah masuk Provinsi Lampung, jalan tolnya sudah Beton.

Beberapa orang yang lewat jalan tol Lampung – Palembang ini mengeluhkan hal yang sama, kualitas jalan yang buruk. Mungkin karena sebagian jalan tol Lampung Palembang ini berada di atas rawa yang membuat pondasi jalan menjadi tidak stabil.

Dari pintu Tol Kramasan hingga pintu tol Terbanggi, akan ditempuh dalam 3 jam. Tapi pernah juga kami tempuh dalam 2 jam. Jika sudah di Pintu Tol Terbanggi, artinya rumah tinggal berjarak 40 km lagi, sudah dekat ke Pit stop pertama kami dari perjalanan Medan ke Jogja. Biasanya di Lampung kami istirahat paling gak sekitar 3 hari, sebelum melanjutkan perjalanan.

Kotabumi Lampung Utara

Dari pintu tol Terbanggi kami sedikit berputar balik arah ke Kotabumi, ibukota Kabupaten Lampung Utara : Kotabumi.

Seharusnya jika kita mengikuti arah perjalanan Medan ke Jogja yang benar, keluar tol harusnya ke arah kiri, bukan ke kanan pintu Tol.

Kabupaten Lampung Utara ini dulu adalah salah satu kabupaten terluas di Indonesia. Luas wilayahnya terbentang dari pantai barat sumatera hingga pantai timur sumatera. Saat ini kabupaten ini sudah mekar menjadi Kabupaten Lampung Utara, Lampung Barat, Waykanan dan Tulang Bawang.

TUGU PAYAN MAS KOTABUMI, LAMPUNG
Dapat Foto di google maps @pesilat tambun

Kabupaten Tulang Bawang juga saat ini sudah mekar menjadi 2 kabupaten, yaitu Tulang Bawang, Mesuji, Tulang Bawang Barat. Begitupun Kabupaten Lampung Barat yang mekar menjadi Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat

Sejarah singkat kabupaten Lampung Utara dapat dilihat pada link ini atau di wikipedia

Di kabupaten ini, yang menjadi produk unggulannya adalah ubi kayu atau singkong. Kalau kawan-kawan melintasi jalanan di Kabupaten ini, maka pemandangan di kiri kanan jalan adalah bentangan kebun singkong.

Dengan banyaknya kebun singkong ini, Medco pernah membuka pabrik etanol di Kabupaten kami ini. Sempat membawa angin segar bahwa perusahaan besar mau berinvestasi di kampung kami.

Beberapa kenalan saya akhirnya juga bekerja di perusahaan ini. Termasuk saya, ada keinginan juga untuk bisa bekerja di Medco.

Namun sayang, ditahun 2013 Medco Ethanol Lampung menghentikan kegiatannya. Kabarnya karena kurangnya bahan baku yang berkesinambungan.

Selain singkong, kampung kami juga terkenal dengan hasil bumi lain seperti Lada (merica) dan Kopi Lampung. Kegiatan ‘mutil’ atau panen lada adalah masa yang ditunggu karena bersamaan dengan masa libur sekolah. Jadi banyak kawan-kawan yang memanfaatkan liburnya dengan kegiatan mutil ini, mereka dapat upah yang lumayan.

Selain itu apa ya? hehe, Tidak banyak yang bisa diceritakan dari kabupaten tua yang akhirnya sekarang menjadi sepi karena banyak pelintas memindahkan jalurnya ke lintas timur dan saat ini ke jalan tol.

Nah, ini lanjutan cerita perjalanan kami dari Medan ke Jogja. Kalau dari catatan saya, perjalanan dari Lampung ke Jogja, sepertinya tidak ada yang benar-benar istimewa, karena memang kami hanya melewati tol ke tol, Apalah yang yang mau diceritakan dari perjalanan di Tol.

Tapi, nanti saya coba ingat ingat beberapa catatan perjalanan di Tol jawa. hehe.

Salam

Bag Kinantan

Published inTravelling

9 Comments

  1. Bang Bag orang Lampung tah…
    Bang Sani juga orang Lampung itu, pada saling tau ndak ya…
    Dulu ketika masih sekolah dan tinggal dengan orang tua, kami tinggal di Muara Bungo, (ayah saya dinas di sini sejak saya SMP), Jadi sering juga pulang ke Medan dengan mobil pribadi, dan jalan-jalan ke Jambi…
    Membaca tulisan abang ni jadi terkenang-kenang nih., pengen napak tilas ke daerah-daerah itu

    • bagkinantan bagkinantan

      ya, lahir besar di lampung, kenal sama bang sani, tapi belum sempat ketemu ni, beliau kayaknya sibuk hehe

  2. Duh serunya ya family trip seperti ini, saya dan keluarga ada rencana tp ke Sumbar dulu, rencana kami sebelum pandemi, tour de Sumbar. Btw, pas saya kuliah di Jogja thn 99-03 dulu, Jogja padat oleh mhsw, apalagi sekarang ya. Terakhir ke sana tepat seminggu sebelum pandemi diumumkan, hiks.

    • bagkinantan bagkinantan

      ayo kak, indonesia begitu indah, jangan memilih cuma di rumah aja..hehe

  3. Wah masih ada lagi nih cerita ke 3 nya.. Masih sampe lampung saja di sini. Kalo dengar dari para petualang jalan medan Jawa, karena kebetulan jalan timur Sumatera ini relatif lurus-lurus saja jadinya malah sering terlena dan ngantuk. Bener gak ya bang?

    • bagkinantan bagkinantan

      gak juga sih, yang ada memang sudah lelah, dipaksa jalan hehe

  4. Ini cerita perjalanannya detail ya bang, boleh juga di tiru proses perjalanannya, tapi balik lagi kesanggupan personalnya, saya sih biasa jalur darat naik bus, tapi untuk trip terakhir jalan ke Jawa saya cari bus yang bisa selonjoran haha. Maklum punggung agak gimana gitu. Btw ini cerita perjalanannya menarik. 1000 kata lebih sepertinya. Thanks infonya.

    • bagkinantan bagkinantan

      2000 kata hehe

  5. Jauh juga ya jalur tempuh perjalanan darat. Cuma memang seru juga melakukan famili trip jalur darat bersama kanak-kanak sambil singgah ditempat2 penting dan memiliki nilai histori agar bisa memasukkan nilai-nilai edukatif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *