Skip to content

Ketupat Lebaran, Titik Awal Saya Belajar Bisnis

“Berapa ketupatnya bek?” Tanya seorang ibu dari teras rumahnya. Sekitar 400 meter dari rumah saya, mengawali cerita saya menjual sarang ketupat lebaran.

Pagi itu, di penghujung ramadhan sekitar tahun 1993 masehi, saya mengenakan hoodie hijau, bercelana pendek. Saya paksa diri saya berjalan keluar rumah, menenteng 30 sarang ketupat lebaran yang dibuat ibu saya tadi malam. Kenapa judulnya di paksa?

“600 tante, dapat 30 (sarang ketupat).” Jawab saya dari tepian jalan yang basah karena sejak malam diguyur hujan. Memang biasanya di penghujung ramadhan, hujan rutin turun.

Entahlah, ada rasa malu saat saya harus berjalan “menjajakan” jualan saya. Apalagi saat dipersimpangan tadi saya berpapasan dengan ‘sesama’ penjual sarang ketupat. Seorang ibu-ibu yang memang profesinya penjual sayur keliling. “Wah, bakal kalah saya…” begitu kata-kata yang muncul dalam pikiran saya.

Coba cuek dan terus berjalan ke arah yang tidak di lalui si mbok sayur.

“400 ya.” tawar tante tadi, tapi saya sudah di mintanya untuk merapat ke teras rumahnya.

“Baik tante, 400.” Itulah closing pertama dalam hidup saya. 400 rupiah untuk 30 pcs sarang ketupat lebaran. “Alhamdulillah…” ucap saya dalam hati. Ternyata bisa laku juga.

ketupat lebaran tahun ini

Saya pulang, dengan membawa kabar baik ke ibu saya: sarang ketupatnya sold out.

Meningkatkan Jumlah Leads

Kalau secara definisi leads adalah pembeli potensial yang menunjukkan minat kepada produk kita. Dulu sih, saya gak tau apa itu leads, yang saya pahami, kalau yang liat produk saya lebih banyak (traffic) maka potensi yang tertarik (leads) akan meningkat juga, begitu kan logikanya?

Saya tenteng lagi 2 ikatan sarang ketupat, artinya ada 60 pcs. Memang dulu ada kebiasaan, satu keluarga akan membuat ketupat minimal 30 pcs, tapi ada juga yang sampai ratusan. Kali ini, saya ambil jalur lain.

Kebetulan sekali, rumah saya berada di dekat komplek perumahan guru SD. ada 4 blok, penjualan pertama saya tadi di dapat dari blok B, artinya masih ada Blok A, C dan D. Belum lagi rumah kampung yang berada di sekitaran komplek.

Pelajaran pertama dalam bisnis, jika ingin meningkatkan omzet/ penjualan kita, maka pertama tingkatkan jumlah leads (potential buyer).

Rekrut “Partner” untuk Sisi yang Tidak Kita Kuasai

2 Hari jalan-jalan keliling kampung, masuk 2 order dari 1 rumah keluarga besar.

“Bek, bikcik (panggilan tantenya kawan) pesan 300 ya…” Kata beliau saat saya lewat rumahnya. Dan tak lama berselang, bikcik tadi datang ke rumah saya, tambahan order 300 lagi.

Satu sisi senang, tapi di sisi lain, akan muncul masalah baru. Mama mungkin gak ada kendala dengan orderan itu, karena cuma duduk aja di rumah. Masalah datang dari “pasokan” bahan baku : daun kelapa muda (janur kuning).

Waktu itu masih banyak pohon kelapa tak bertuan di kampung saya (biasanya di tepian sungai), tapi bukan itu masalahnya. Masalah utamanya : saya gak berani manjat pohon kelapa yang tingginya 10 meter ke atas., hehehe.

Ya, untungnya ada kawan saya yang biasa ditugaskan untuk memanjat pohon karet kalau musim “adu biji karet”. Kamu tau kan, buah pohon karet? coba liat gambarnya dulu deh. Cuma di zaman kami kecil dulu, biji karetnya tidak setua ini, tapi setengah tua, lorengnya belum ada.

buah pohon karet
Foto : KAPAKATA.ID / Bekti Saputra

Balik lagi ke suplai “janur kuning”, kawan saya tadi sebut aja namanya Gundul. Padahal dia gak gundul, tapi entah lah… lupakan.

Kami sepakat untuk 1 pohon, si gundul dapat bayaran 500 rupiah.

Satu masalah krusial berhasil saya selesaikan. Selanjutnya setiap butuh janur, saya tinggal datang ke rumah gundul dan bilang kebutuhannya berapa pohon janur.

Pelajaran selanjutnya dari bisnis : jangan serakah, berbagilah ke beberapa orang yang dapat meringankan pekerjaanmu.

Tentang partner ini saya jadi teringat salah satu blok yang ada di kanvas model bisnis di pembahasan yang lain di blog ini, yaitu blok : Key Partner.

Trust adalah Kuncinya

Ini kata kunci untuk membuat bisnis bertahan lama. Kita mendapatkan trust dari target pasar kita. Mereka tidak hanya membeli, tapi juga membeli lagi dan lagi plus satu lagi mereka bersedia menjadi brand advocate.

Saya baru menyadari ada banyak pelajaran yang akhirnya hari ini saya bawa-bawa dalam bisnis saat saat ini, distributor madu hutan sumatera. Tidak hanya di dalam bisnis madu, bisnis sebelumnya yang tenggelam juga, prinsip prinsip dasar ini sudah coba di jalankan.

Secara resmi, karir saya di dunai usaha memang dimulai setelah selesai kuliah, tepatnya 6 bulan setelah lulus, di awal tahun 2009, tapi jika diingat lagi sejarahnya, sudah dimulai sejak 1993. Hanya saja memang saya tak menyadari itu. Lewat usaha ketupat lebaran ini, memberi pondasi bagi tumbuh kembangnya bisnis saya selanjutnya. Semoga.

Kesimpulan

Apapun bisnis kita saat ini, jika kita memiliki pemahaman pondasi bisnis yang baik, ini akan membuat bisnis kita tumbuh dan berkembang. Untuk itu kita perlu membangun mindset yang tepat, bahwa bisnis adalah SOLUSI bagi target pasar kita. Solusi dari kita akan membawa Leads untuk membeli, lalu menjadi pelanggan.

Bisnis yang bertahan lama adalah bisnis yang memiliki PELANGGAN.

Usaha ketupat lebaran ini tidak dijalankan lagi di tahun-tahun berikutnya, selain ibu saya kelelahan, si gundul sebagai pemasok utama janur mengikuti jejak saya sebagai produsen sarang ketupat.

Tahun itu, kami berhasil menjual lebih dari 3000 pcs sarang ketupat. Alhamdulillah

Tamat

Published inBlogging

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *