Beberapa waktu ini saya sedang mempelajari dua hal terkait digital marketing dan lebih khusus content marketing: Covert Selling dan SEO. Kedua hal ini menarik karena saya pribadi menyukai kegiatan menulis. Baik covert selling maupun SEO keduanya memiliki basis yang sama yaitu tulisan.
Covert selling seperti pernah saya jelaskan pada tulisan sebelum ini, bahwa dimulai pertama sekali saat menuliskan status “iklan” di sosial media seperti facebook. Mengapa tanda petik, karena titik tekan covert selling adalah bagaimana menulis iklan yang justru tidak terlihat sedang beriklan, tapi mampu menggerakkan target pasar untuk membeli produk kita.
Nah, dengan basis yang sama yaitu tulisan, saya mencoba-coba mengawinkan dua hal ini. Bagaimana menghasilkan konten blog (dalam bentuk tulisan) yang bersesuaian dengan konsep SEO sehingga disukai google tapi juga mengandung muatan covert selling yang menggiring audiens untuk membeli tanpa mereka sadar.
Soal SEO, ada buku tentang SEO yang menurut saya cukup sederhana dan runut dalam menjelaskan konsep dan tekniknya, walau kalau mau sedikit usaha dengan mencari di google bisa juga.
Terkadang memang butuh kerja sedikit keras dari sebelumnya, yang awalnya hanya menuliskan apa yang dirasa dan dipikirkan. Sekarang sebelum menulis harus melakukan beberapa studi seperti kata kunci apa yang sebaiknya saya gunakan jika ingin menuliskan iklan suatu produk.
Jadi teringat pesan kawan saya mas diptra, kalau ngeblog lupakan semua kaidah SEO karena itu justru akan membuatmu mati kutu. Ada benarnya juga, blog ini seperti mati suri, selain ada kesibukan di kampus, pekerjaan offline di refillmadu.com juga menyita perhatian.
Tapi, kalau blog kita tidak memperhatikan kaidah seo, minimal soal kata kunci, maka akan muncul komen lain, ’emang nulis blog untuk diri sendiri?’ Walau sebenarnya terindeks juga kalo di daftarkan ke google, hehe, cuma entah di halaman berapa. Kalau sudah begini, jelaskan nulis blog untuk diri sendiri, hehe.
Kembali soal content marketing dengan menggabungkan covert selling dan seo, jika kita perhatikan beberapa blog yang menerapkan kaidah content marketing secara tidak sadar kita digiring untuk masuk ke dalam “kandang” mereka. Ujung-ujungnya closing juga.
Kalau kita pelajari content marketing, kawan kawan bisa pelajari blog ini. Pola dalam membangun content marketing adalah
- Konten yang bersifat informasi umum untuk membangun awareness
- Konten yang berisi perbandingan/ evaluasi, biasanya audiens pada level ini sedang mencari informasi lebih detail terkait produk yang ingin mereka beli
- Konten yang bersifat persuasif dan tujuannya closing.
Jika kita membaca buku mantra covert selling, di sana ada dijelaskan 6 tahap yang akan dilalui calon konsumen hingga akhirnya membeli. Dan keenam langkah itu bersesuaian dengan 3 langkah content marketing di atas.
Kemarin saat saya mempelajari email marketing, saya juga menemukan pola yang sama. Saat memanfaatkan email, maka kita perlu menyusun beberapa email yang berjenjang sampai akhirnya kita mengirimkan email yang berisikan ajakan untuk membeli produk kita.
Walau dalam prinsip covert selling, kita tidak dibenarkan untuk melakukan call to action secara vulgar.
Jadi, terlihat kan polanya kawan?
Bahwa apapun channelnya, prinsipnya sama ciptakan konten yang berjenjang tidak melulu postingan yang berisi ajakan membeli (iklan hardsell). Menjual adalah tentang membangun hubungan dengan audiens, dalam bahasa pak bi (pakar branding) saat ini adalah masanya audience marketing.
Dengan banyaknya informasi yang bertebaran, audiens akan memilih dan memilah mana konten yang paling mereka butuhkan dan tugas kita adalah menggiring mereka untuk mengikuti alur konten yang sudah kita rencanakan.
Dari sini, agaknya menggabungkan covert selling dan SEO dapat kita lakukan.
Mungkin ini dulu ya, nanti kita sambung lagi
Be First to Comment